Tidak semua orang bisa sukses menguasai tiga bidang keahlian berbeda dalam waktu bersamaan. Kalaupun ada, pastilah dia sosok yang luar biasa. Begitupun dengan sosok yang satu ini, Alfonsus Budi Susanto yang akrab disapa AB Susanto. Pria kelahiran Yogyakarta, 5 September 1950 ini setidaknya menguasai tiga bidang keahlian sekaligus, ahli kesehatan, terutama diabetes, ahli manajemen dan ahli permata, khususnya berlian.
Dalammeniti semua kehidupannya itu, pria murah senyum dan ramah ini melakukannya tanpa beban dan paksaan. Dia juga termasuk pekerja keras dengan kemauannya yang selalu haus ilmu. Bukan berarti melakukannya secara buru-buru, dia selalu berakitivitas dengan santai dan mengalir bagaikan air.
Ketika lulus SMA de Britto tahun 1969 Susanto meninggalkan keluarga besarnya di Yogyakarta untuk melanjutkan studi di Jerman. Tak tanggung-tanggung, bidang studi yang dia ambil adalah fakultas kedokteran, yang barangkali bagi sebagian orang masih dianggap sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Awalnya, dia memulai belajar di fakultas kedokteran di Universitas Bonn, lulus dari sana melanjut ke Universitas Duesseldof hingga akhirnya memperoleh gelar doctor bidang Endrocrinology-Diabetalogy atau sebagai dokter ahli bidang endrologi dan penyakit diabetes.
Selama di Jerman, suami dari Suhartati ini pernah bekerja sebagai medical doctor di dua rumah sakit cukup terkenal di Jerman, rumah sakit Merien dan rumah sakit Ratingen. Dia pun pernah bekerja pada sebuah kilinik terkenal, Diabetes Bad Oeyhansen di Jerman. Klinik ini terkenal sebagai tempat rujukan orang-orang penting dunia untuk berobat, termasuk Presiden ke 2 dan ke 3 Indonesia, Soeharto dan Habibie, para pangeran Timur Tengah dan masih banyak lagi orang terkenal lainnya. Dia bekerja di dua rumah sakit dan satu klinik di Jerman ini mulai tahun 1976 sampai tahun 1978. Sebelumnya, pria penyuka golf ini pernah bekerja sebagai research assistant pada Diabetes Research Institute di Universitas Duesseldorf, tahun 1973 hingga tahun 1976.
Walau di Jerman hidup serba kecukupan, tapi AB Susanto ternyata merindukan tanah airnya, Indonesia. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Tak berapa lama kemudian, tepatnya tahun 1978, pria yang selalu murah senyum dan berpenampilan perlente ini diterima bekerja di Scheering AG sebagai direktur medis. Disinilah awalnya dia banyak bersentuhan dengan berbagai hal tentang manajemen, tentu saja ini adalah sesuatu yang berbeda dengan disiplin ilmu kedokteran yang telah dia punyai sebelumnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengambil program ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Pada disiplin ilmu yang baru ini, AB Susanto banyak memelajari tentang seluk-beluk manajemen.
Dengan disiplin ilmu barunya, AB Susanto yang terkenal ulet dan bekerja keras ini akhirnya dipercaya memberikan konsultasi mengenai pemasaran perhiasan berlian De Beers di Indonesia. Inilah awalnya, dia dikenal sebagai seorang ahli manajemen di Indonesia. Namanya terus meroket bak meteor, yang akhirnya dia seringkali diminta menjadi konsultan di beberapa perusahaan swasta maupun BUMN. Tahun 1984, AB Susanto mendirikan The Jakarta Consulting Group (JCG) Partner of Change, lembaga yang bergerak pada jasa manajemen. Lembaga yang memiliki motto "Our Goals is to Assist our Clients to Achieve Theirs" ini, AB Susanto dibantu oleh 35 staff.
Hingga sekarang JCG yang bermarkas di Wisma 46-kota BNI berhasil menangani beberapa perusahaan besar antara lain, Matahari Department Store, Accer Computer, De Beers, Telkomsel, dan Gudang Garam. Pria yang suka memakai kemeja putih yang dipadu frenchcuff dengan manset ini menyatakan bahwa keberhasilan menjalani lembaga JCG adalah berkat kerja keras serta dukungan berbagai pihak. Bahkan dia pernah harus bekerja 500 jam per tahun untuk memenuhi 16 proyek kliennya.
Setelah memiliki dua keahlian, sebagai dokter diabetes dan ahli manajemen, ternyata AB Susanto juga mumpuni dalam hal menilai berlian dengan disiplin ilmu tersendiri. Untuk hal yang satu ini AB Susanto agak merendah, bahwa ilmu yang dimilikinya tersebut merupakan ilmu turunan dari orang tuanya. Katanya, orangtuanya dulu berjualan emas di Malioboro, Yogyakarta, dari sana AB Susanto banyak tahu tentang menilai berlian yang bagus atau tidak.
Kendati demikian, AB Susanto juga menjelaskan bahwa ketika masih berada di Jerman dia sempat belajar di Diamond Graduation di Gemmological Institute of Idar Oberstein. Di sini lebih banyak tahu tentang disiplin ilmu yang memelajari tentang seluk-beluk berlian. Kemampuannya sebagai ahli berlian ini juga diikuti dua putrinya, Yohana dan Patricia, yang juga meraih sertifikat sebagai gemologist.
Dengan berbagai kesibukannya tersebut tak membuat penggemar novel karya John Grisham dan Sydney Sheldon terkuras habis. Bahkan sejak tahun 1997 hingga sekarang, AB Susanto masih produktif melahirkan buku-buku manajemen, tak kurang 40 buku manajemen telah dia tulis.
Kendati begitu, dia pun mempunyai berbagai aktivitas lain seperti menjadi anggota Unicef Indonesia, Anggota National Corporate Advisory Council, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Mahatma Gandhi, anggota Dewan Pakar Asosiasi Manajer Indonesia, dan pengajar program magister manajemen di berbagai universitas.
1 komentar:
sp
Posting Komentar